lukisan hidupku

lukisan hidupku
magic colour

Selasa, 19 Oktober 2010

industri farmasi.com

PERKEMBANGAN INDUSTRI FARMASI DI INDONESIA

PERKEMBANGAN INDUSTRI FARMASI DI INDONESIA

BISNIS & INVESTASI
farmasi Asing Baru Kuasai 30 % pasar lokal
Posted : 04 Sep 2010 | By : | Komentar : 0
(Businessreview)- Indonesia sebenarnya menjadi incaran perusahaan farmasi asing karena termasuk salah satu pasar farmasi terbesar di Asean berkat dukungan populasi penduduk yang besar.
Kekuatan suatu negara di sektor farmasi, sangat terkait dengan peran perusahaan asing. Dengan hanya mengandalkan perusahaan lokal, farmasi Indonesia diperkirakan akan sulit bersaing di era globalisasi.

Demikian dikatakan Direktur Eksekutif International Pharmaceutical Manufacturers Group (IPMG) Parulian Simanjuntak

Menurutnya iklim investasi di Vietnam lebih menarik. Kini Vietnam makin membuka diri terhadap masuknya investasi asing di sektor farmasi melalui serangkaian kebijakan yang kondusif, sehingga menjadi ancaman serius bagi Indonesia jika tidak segera berbenah diri.

Dikatakan pangsa pasar perusahaan farmasi asing di Indonesia saat ini hanya sekitar Rp10 triliun, atau 30% dari total pasar produk farmasi di Tanah Air yang mencapai Rp33 triliun. Sebagian besar pangsa pasar yakni 70% masih dikuasai perusahaan farmasi lokal dengan nilai Rp23 triliun.

"Rendahnya pangsa pasar perusahaan farmasi asing itu disebabkan oleh iklim investasi yang kurang kondusif sehingga investor kurang tertarik menambah dana investasinya," ujarnya kepada Bisnis.com di Jakarta, hari ini.

Menurut dia, regulasi di bidang farmasi terlalu banyak (high regulated) dan cenderung menghambat perkembangan sektor industri tersebut.

Beberapa regulasi yang dinilai menghambat perkembangan industri farmasi nasional a.l. Permenkes No.1010/2008 tentang Registrasi Obat, Permendag No.45/2009 tentang Angka Pengenal Importir (API), dan pembatasan kepemilikan saham asing maksimal 75% yang tertuang dalam ketentuan DNI (daftar negatif� investasi).

Di satu sisi, lanjutnya, pemerintah ingin menarik investasi asing sebanyak-banyaknya di sektor farmasi, namun di sisi lain upaya tersebut tidak dibarengi dengan pemberian kemudahan dan insentif.

Akibat iklim investasi yang tidak kondusif tersebut, perusahaan farmasi dunia yang berbasis riset lebih memilih Singapura dan Malaysia sebagai basis industri mereka.

Saat ini ada 199 jumlah perusahaan farmasi yang beroperasi di Indonesia. Dari jumlah tersebut sebanyak 35 perusahaan adalah PMA (Penanaman Modal Asing) dengan pangsa pasar yang diperkirakan mencapai 29.5%. Empat perusahaan  lain adalah BUMN dengan pangsa pasar sebesar 7,0% dan sisanya PMDN (Penanaman Modal Dalam Negeri) dengan pangsa pasar 63.5%.

Sebanyak 10 besar perusahaan Farmasi di tahun 2003 umumnya didominasi oleh 9 perusahaan  lokal yaitu Sanbe Farma, Kalbe Farma, Dexa Medica, Bintang Toedjoe, Tempo Scan Pacific, Kimia Farma, Konimex, Phapros, Indofarma dan 1 perusahaan PMA yaitu Pfizer. Market share dari 10 perusahaan terbesar ini kurang lebih 40%
pengaruh
bagi mahasiswa seperti kami perkembangan ini akan mempermudah usaha yang kami harapkan.
bagi seluruh kalangan industri farmasi juga mengalami perkembangan secara nyata dalam mengaplikasikan sebuah produk yang akan mekeka ciptakan untuk masa yang akan datang.
opini
dalam hal ini akan mempermudah modal dalam negeri yang akhir akhir ini mengalami krisis.apalagi dalam bidang farmasi yang mempengaruhi kesehatan seluruh masyarakat yang seluruhnya pasti membutuhkan.semua telah berubah...kita kapanlagi.com kalo g sekarang....
mulailah berusaha untuk sukses qta dan untuk dunia qta..CHANGE FROM NOW!



Selasa, 12 Oktober 2010

farmasi

Farmasi (bahasa Inggeris: pharmacy, berasal daripada perkataan Greek φάρμακον, pharmakov yang bermaksud dadah) merupakan kerjaya kesihatan yang melibatkan penyediaan, peramuan, penstabilan pengawetan dan pendispensan ubat-ubatan serta membekal maklumat tentang ubat.[1] Seorang ahli farmasi juga bertugas menjamin penggunaan ubat-ubatan dengan selamat.[2]
Peranan ahli farmasi yang lebih tradisional membabitkan penyediaan dan pendispensan ubat-ubatan kepada pesakit mengikut prespkripsi doktornya. Namun, peranan ini telah berkembang kepada perkhidmatan klinikal, kajian semula ubatan dan pemberian maklumat tentang ubat.